Selasa, 29 Maret 2011

pola tanam

TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH DASAR BUDIDAYA TANAMAN
( POLA TANAM )


1.1 Latar belakang
Sektor pertanian di indonesia memang bisa dikatakan cukup luas, hal ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya lahan-lahan pertanian yang terletak di berbagai tempat, oleh sebab itu rata-rata penduduk indonesia berprofesi sebagai petani. Dalam hal ini tentu tujuan utama mereka melakukan tanam adalah untuk memperoleh hasil yang maksimal supaya dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dengan menggunakan hasil mereka dari bekerja. Untuk menghasilkhan hasil yang maksimal maka salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah pola tanam. Pelaksanaan pola tanam juga harus mengkondisikan tempat/lokasi dimana tanaman itu akan tumbuh nantinya. Pola tanam yang paling banyak di gunakan adalah sistim monokultur, sedang Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam.
Selain itu ada juga faktor yang harus diperhatikan lagi, yakni sifat fisika maupun kimia dari tanah tersebut. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang ada maka pelaksanaan pola tanam tentu akan mempunyai hasil yang baik dan nantinya akan berdampak pada hasil ahir dari tanaman tersebut.
1.2 Tujuan
• Untuk mengetahui pengertian dari pola tanam
• Untuk mengetahui potensi dan dampak pengenbangan pola tanam
• Untuk mengetahui macam-macam sistem pola tanam






II.PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pola tanam
Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu. Sedangkan tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media tanam baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam. Dalam penerapannya pada bidang pertanian pola tanam tentu harus dilaksanakan dengan sistim yang benar dan sesuai dengan kondisi lahan yang akan di jadikan sebagai media tanam.
Pertanian di indonesia memang sudah mengalami beberapa perubahan hingga kini, walaupun belum sepenuhnya petani-petani dapat merubah sistim pertanian mereka. Petani modern yang pada umumnya di kembangkan oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi sudah melakukan berbagai perubahan dalam pengelolaanya mereka sudah tidak menggunakan tenaga manusia, melainkan menggunakan tenaga mesin. Tapi pada masyarakat pedesaan yang berprofesi sebagai petani khususnya golongan menengah kebawah mereka tetap menggunakan tenaga manusia,salah satu penyebanya adalah tidak terjangkaunya harga dari alat-alat pertanian yang biasa di gunakan oleh petani modern.
Dalam melaksanakan pola tanam tentu yang juga harus diperhatikan adalah keberhasilan dalam melakukan penanaman,manusia sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya dalam pelaksanaan tanam tersebut diantaranya adalah pembelajaran dari petani tersebut,banyak petani yang melakukan pembelajaran secara otodidak hanya dengan beberapa saat sudah dapat menjadi pelaku pertanian yang ada biasanya ini sering terjadi pada masyarakat pedesan, tapi sebaliknya dengan pendidikan yang cukup dan tentunya sudah melakukan berbagai pelatihan dalam pelaksanaan pertanian tentu juga akan mempengaruhi keberhasilan dari tanam tersebut.Selain itu kemampuan juga sangat diperlukan untuk mencapai suatu keberhasilan,dengan kemampuan yang tinggi tentu juga akan menghasilkan keberhasilan dalam pelaksanaan tanam tersebut.

2.2 Potensi dan dampak pengembangan pola tanam
Pengembangan diversifikasi atau pola usaha tani perlu dilakukan secara dinamis dengan mempertimbangkan pertimbangan lingkungan dan permintaan pasar,agar mendapatkan manfaat yang maksimal dalam meningkatkan produksi dan pendapatan petani.Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan pola tanam(usaha tani)adalah sebagai berikut:
• Ketersediaan air yang menyangkup waktu dan lamanya ketersediaan yang tergantung pada kinerja air irigasi serta pola distribusi dan jumlah hujan.
• Keadaan tanah yang meliputi sifat fisik,kimia dan bentuk permukaan tanah.
• Tinggi tempat dari permukaan laut,terutama sehubungan dengan suhu udara,tanah dan ketersediaan air.
• Eksistensi hama dan penyakit tanaman yang bersifat kronis dan potensial.
• Ketersediaan dan aksesibilitas bahan tanaman yang meliputi jenis dan varietas menurut agroekosistem dan toleransi terhadap jasad penggangu.
• Aksesibilitas dan kelancaran pemasaran hasil produksi dengan dukungan infrastruktur dan potensi pasar yang memadai.
Berdasarkan pada sifat tanah dan tipe iklim, terdapat enam jenis agroekosistem sebagai basis pola pertanaman dalam setahun (annual cropping pattern) (Setjanata, 1983; Karama et al., 1988; Karama, 1989). Keenam jenis agroekosistem dan pola tanam yang potensial adalah sebagai berikut:
(1)Lahan sawah irigasi dengan ketersediaan air irigasi 10-12 bulan: (a) Padi sawah-padi sawah-padi sawah. Pola ini dianjur-kan pada kondisi kesulitan drainase, de-ngan kewajiban menggunakan VUTW dan pengembalian bahan organik tanaman atau pemakaian kompos(b) Padi sawah-padi sawah-palawija/sayuran
(2)Lahan sawah irigasi dengan jaminan ketersediaan air irigasi 7-9 bulan: (a) Padi sawah padi sawah walik jerami-palawija/sayuran(b)Padi sawah-palawija/sayuran- palawija/sayuran
(3)Lahan sawah irigasi dengan ketersediaan air irigasi 5-6 bulan: (a) Gogo rancah padi sawah walik jerami-palawija(b) Palawija-padi sawah-palawija/sayuran(c) Padi sawah-palawija/sayuran.
(4)Lahan sawah tadah hujan: (a) Gogo rancah-padi sawah-kacang tunggak(b) Padi sawah-palawija/sayuran(c) Gogo rancah palawija-palawija/sayuran dan (c) Budidaya sistem surjan;
(5)Lahan pasang surut (khusus Kalimantan Selatan): (a) Padi unggul-padi unggul (untuk daerah tipe A, B, dan C) (b) Padi unggul-padi lokal (untuk daerah tipe A, B, dan C) (c) Padi-palawija (daerah tipe C dan D) (d) Palawija-palawija-palawija (daerah tipe C dan D) (f) Budidaya sistem surjan.
(6)Lahan kering: (a) Padi gogo tumpangsari dengan jagung yang ditanam pada awal musim hujan (b) Tanaman substitusi padi gogo seperti kacang tanah atau kedelai (c) Pola tanaman lorong (alley cropping)dengan tanaman pagar (hedgerow) seperti tanaman legume, buah-buahan atau tanaman industri (kelapa dan kopi) (d) Pola tanam dengan mengikutsertakan ta-naman perkebunan dan ternak dalam sistem usahatani lahan kering.

2.3 Sistem pola tanam

Pola penanaman dapat dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan polikultur. Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang sama. Sedangkan polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama.
Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit tanaman).
Polikultur merupakan pemilihan tanaman dan teknis budidaya yang baik dan tepat. Pada sistem polikultur ini akan memberikan bermacam keuntungan, diantaranya adalah :
• Dapat menambah kesuburan tanah. Menanam tanaman kacang-kacangan berdampingan dengan tanaman jenis lainnya dapat menambah kandungan unsur Nitrogen dalam tanah karena pada bintil akar kacang-kacangan menempel bakteri Rhizobium yang dapat mengikat Nitrogen dari udara. Dan menanam secara berdampingan tanaman yang perakarannya berbeda dapat membuat tanah menjadi gembur.
• Meminimalkan hama dan penyakit tanaman. Sistem polikultur dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutuskan siklus hidup hama dan penyakit tanaman. Menanam tanaman secara berdampingan dapat mengurangi hama penyakit tanaman salah satu pendampingnya, misalnya : bawang daun yang mengeluarkan baunya dapat mengusir hama ulat pada tanaman kol atau kubis.
• Mendapat hasil panen beragam yang menguntungkan. Menanam dengan lebih dari satu tanaman tentu menghasilkan panen lebih dari satu atau beragam tanaman. Pemilihan ragam tanaman yang tepat dapat menguntungkan karena jika satu jenis tanaman memiliki nilai harga rendah dapat ditutupi oleh nilai harga tanaman pendamping lainnya.
Sistem penanaman polikultur juga memiliki kekurangan terutama jika tidak sesuai dengan pemilihan jenis tanaman, diantaranya adalah :
• Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah.
• Dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak atau beragam.
• Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat.
Dalam pola tanam polikultur terdapat beberapa macam istilah dari sistem ini, yang mana pengertiannya sama yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama tetapi alasan dan tujuannya yang berbeda, yaitu :
1. Tumpang Campuran yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan dan dalam waktu yang sama dan umumnya bertujuan mengurangi hama penyakit dari jenis tanaman yang satu atau pendampingnya.
2. Tumpang Sari yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan teratur.
3. Tumpang Gilir yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan yang sama selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari satu hasil panen.
4. Tanaman Pendamping yaitu penanaman dalam satu bedeng ditanam lebih dari satu tanaman sebagai pendamping jenis tanaman lainnya yang bertujuan untuk saling melengkapi dalam kebutuhan fisik dan unsur hara.
5. Penanaman Lorong yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan dengan penanaman tanaman berumur pendek diantara larikan atau lorong tanaman berumur panjang atau tanaman tahunan.
6. Pergiliran atau Rotasi Tanaman yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman yang tidak sefamili secara bergilir pada satu lahan yang bertujuan untuk memutuskan siklus hidup hama penyakit tanaman.
Dalam penanaman sistem polikultur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam dalam penerapannnya yaitu :
• Kebutuhan sinar matahari ; pemilihan jenis tanaman yang tinggi, rindang, berdaun lebat dan membutuhkan sinar matahari lama dengan jenis tanaman yang pendek dan tidak membutuhkan sinar matahari lama atau perlu naungan.
• Kebutuhan unsur hara ; adanya jenis tanaman yang membutuhkan sedikit unsur N dan jenis tanaman yang membutuhkan banyak unsur N dan ada jenis tanaman yang mampu mengikat unsur N dari udara yaitu tanaman kacang-kacangan.
• Sistem perkaran ; Adanya jenis tanaman yang memiliki perakaran di dalam tanah yang dalam, dangkal, melebar dan lainnya


III.PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa bera. Dalam penerapannya pada bidang pertanian pola tanam tentu harus dilaksanakan dengan sistim yang benar dan sesuai dengan kondisi lahan yang akan di jadikan sebagai media tanam. Manusia sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya dalam pelaksanaan tanam tersebut diantaranya adalah pembelajaran dari petani tersebut,banyak petani yang melakukan pembelajaran secara otodidak.Selain itu kemampuan juga sangat diperlukan untuk mencapai suatu keberhasilan.
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan pola tanam(usaha tani)adalah ketersediaan air yang menyangkup waktu dan lamanya ketersediaan yang tergantung pada kinerja air irigasi serta pola distribusi dan jumlah hujan. Pola penanaman dapat dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan polikultur. Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang sama. Sedangkan polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama.









DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2011.http://gurumuda.com/bse/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan
Anonymous.2011.http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanaman_tunggal Anonymous.2011.http://rickyuntukpertanian.blogspot.com/2010/11/blog-post.html
Anonymous.2011.http://www.ditlin.hortikultura.deptan.go…
Setjanata, S. 1983. Perkembangan Penerapan Pola Tanam dan Pola Usahatani dalam Usaha Intensifikasi (Proyek Bimas). Lokakarya Teknologi dan Dampak Penelitian Pola Tanam dan Usahatani, Bogor, 20-21 Juni 1983. Pusat Penelitian dan Pengemba-ngan Tanam

Senin, 14 Maret 2011

orang tua

Apakah engkau tau bagai mana perjuangan ayahmu, dan seberapa besar pengorbananan seorang ibu,kalau engkau bisa merasakan mungkin engkau akan menyesal atas segala perbuatan yang telah engkaulakukan selama ini, karna tanpa disadari orang tua akan merasakan hal yang sangat pahit bila mereka harus mempunyai seorang anak yang tidak bisa menjadi andalan mereka, maka dari itu bahagiakalah kedua orang tuamu, mereka tidak butuh dan tidak pernah untuk minta kembali atas semua jasa yang telah di berikan suatu saat bisa kembali, namun hanyalah pengabdian seorang anak yang mereka nanti_nanti sampai ahir hayat menjemputnya.

Minggu, 13 Maret 2011

laporan praktikum

Laporan praktikum cacing tanah
BAB I
1.1 Latar Belakang
Cacing tanah adalah organisme tanah yang lebih aktif pada malam hari, hidup pada tanah yang lembab dengan sirkulasi ucacing tanah udara yang bagus. Pada tanah berpasir dan kering, populasi cacing tanah yang sangat sedikit. Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai arti penting, misalnya bagi lahan pertanian. Lahan yang banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran cacing tanah yang bercampur dengan tanah telah siap untuk diserap akar tumbuh-tumbuhan. Cacing tanah juga dapat menigkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang dibuat oleh cacing tanah meningkatkan konsentrasi udara dalam tanah. Disamping itu pada saat musim hujan lubang tersebut akan melipatgandakan kemampuan tanah menyerap air. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar tetap gembur.
Kemelimpahan cacing tanah pada suatu lahan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik, keasaman tanah, kelembaban dan suhu atau temperatur. Cacing tanah akan berkembang dengan baik bila faktor lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi sistem pertanian manusia akhir-akhir ini yang tergantung penuh pada penggunaan bahan kimia telah mengusik habitat cacing tanah. Keseimbangan lingkungan akan rusak dan berantakan bila cacing tanah sampai mengalami kepunahan, apalagi bila itu akibat ulah manusia.
1.2 Tujuan Praktikum
• Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan cacing tanah.
• Mengetahui peranan cacing tanah
• Mengetahui gambar literatur cacing tanah beserta bagian-bagiannya
• Mengetahui morfologi dan ekologi cacing tanah
• Mengetahui kerugian dari aktivitas cacing tanah

BAB II
2.1 Jenis-jenis Cacing Tanah
• Cacing Anesik, merupakan cacing tanah yang biasanya lebih besar yang membangun lubang-lubang permanen dalam tanah dan muncul dipermukaan tanah hanya untuk menarik daun-daunan atau bahan organik lain kedalam lubang. Warna tubuhnya gelap dibagian atas (dorsal) dan terang dibawahnya (ventral).
• Cacing Epigeik, merupakan cacing tanah yang hidup pada bagian organik yang sedang membusuk tidak dalam tanah, dan tubuhnya berwarna gelap.
• Cacing Endogeik, adalah cacing tanah yang jarang muncul dipermukaan tanah. Beberapa janis cacing endogeik menghuni rhizosfer, daerah yang dekat dengan akar tanaman. Tempat dimana cacing tanah tersebut memakan tanah yang sudah diperkaya dengan akar, bakteri, dan fungi yang membusuk menjadi warna merah muda.
(Anonymous, 2010)
2.2 Gambar Organ Tubuh Cacing Tanah Dan Fungsinya
2.2.1 Gambar Organ Tubuh Cacing Tanah

2.2.2 Fungsi
• Prostomium, berfungsi untuk menggantikan fungsi mata ; untuk membedakan material berbahaya selama proses makan.
• Klitelum, terkait dengan produksi kokon
• Seta, untuk bergerak, mencengkram atau membantu proses perkawinan.
• Pereproct, berfungsi untuk membuang cast (kotoran) sebagai penyubur tanah dan membuat tanah menjadi gembur.
• Peristomium, berfungsi untuk membuat lubang saluran untuk tinggal menetap didalamnya.
(Anonymous, 2010)
2.3 Peranan Cacing Tanah
• Lubang cacing tanah untuk memperlancar aerasi dan drainase tanah.
• Mencampur dan menggranulasikan butir-butir tanah.
• Mengangkut bahan organik kebagian tanah yang lebih dalam
• Memantapkan agregasi tanah
• Meningkatkan ilfiltrasi
• Sebagai penghancur sersesah
• Memperbaiki struktur tanah.
(Soepardi, 1988)
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Populasi Cacing Tanah.
• Cahaya (Temperatur)
Cacing tanah lebih senang hidup pada tanah-tanah yang lembab, tata udara baik, sekitar 21°C. Sinar matahari akan membunuh cacing tanah.
(Hardjowigeno,1987)
• Tekstur tanah
Pada tanah berpasir dan kering, populasi cacing tanah sngat sedikit. Cacing tanah lebih suka hidup pada tanah berlempung.
(Tim Dosen, 2008)
• Bahan Organik Tanah
Jika kandungan bahan organik tanah tinggi, maka jumlah populasi cacaing tanah juga tinggi, karena bahan organik tanah merupakan makanan bagi cacing tanah itu sendiri.
(Hardjowigeno,1987)
• Kelembaban Tanah
Cacing tanah hidup pada tanah yang lembab serta memiliki sirkulasi udara yang baik.
(Hardjowigeno,1987)
• Ph tanah
Populasi cacing tanah lebih banyak ditemukan pada tanah yang memiliki pH tanah antara 5,0-8,4.
(Hardjowigeno,1987)
• Aerasi Tanah
Informasi tentang jumlah oksigen yang dibutuhkan masih belum banyak tersedia karena sulitnya memisahkan antara tingkat ketersediaan oksigen dengan faktor pembatas lainya.
(Handayanto, 2007)


BAB III
3.1 Metodologi Cacing Tanah
1. Pengambilan contoh tanah
• Contoh tanah entisol diambil dari suatu desa dan tanah alvisol diambil dari sebuah kebun. Tanah diambil dari beberapa tempat, secara acak pada kedalaman 0-30cm.
• Contoh tanah dicampur rata sesuai dengan jenisnya. Diayak dengan ukuran lubang 2mm, untuk memisahkan kerikil dan seresah sehingga diperoleh tanah yang homogeny.
2. Pengambilan dan perawatan contoh cacing tanah.
• Ambil contoh cacing endogeik pada daerah-daerah yang lembab.
• Cirri cacing tanah endogeik berwarna tbuh pucat.
• Cacing yang tertangkap dimasukan kedalam toples yang berisi tanah.
• Letakan pada laboratorium pada besek bambu berisi tanah dengan kelembaban 60% dan diberi kompos agar terjadi pertumbuhan optimal.
• Menjaga kelembaban tutup dengan karton agar cacing tidak keluar.
• Proses aklimatisasi cacing diperlukan minimal 2 minggu.
• Sebelum dimasukan dalam sangkar, cacing tanah dewasa dikeluarkan ari tanah, diletakan diatas kertas filter berisi air untuk membersihkan pencernaannya dari makanan yang bersasl dari habitatnya yang lama.
3. Persiapan sangkar
• Setiap sangkar diisi masing-masing contoh tanah kering udara sebanyak 1,8kg.
• Tambahkan kompos halus setebal 10cm.
• Tambahkan air, 2 malam sebelum cacing tanah dimasukan kedalam air + tanahnya sekitar 60% dari kapasitas lapang.
• Masukkan 5 ekor cacing dewasa persangkar.
• Letakan cacing tanah pada ruang gelap dilaboratorium agar cacing tanah aktif.
• Kelembaban tanah diatur pada kondisi 60% dari kapasitas lapang.
3.2 Alat dan Bahan serta Fungsinya, Cara kerja
Alat
o Planar cage, berfungsi untuk tempat hidup cacing.
o Kasa, berfungsi untuk menutup box.
o Botol, berfungsi untuk mengairi.
o Pengatur panjang tanah.
o Alat tulis, berfungsi untuk mendata hasil praktikum.
Bahan
o Tanah, berfungsi untuk hidup cacing.
o Kompos halus
o Cacing.
Cara kerja

3.3 Perlakuan Pada Plannar Cage (Sangkar)
1. Setiap sangkar diisi dengan tanah 1,8 kg. Bila BI tanah 1,2 g/cm3, tanah diletakkan pelan setiap 5 lapisan hingga 50 cm
2. Tambahkan kompos yang telah jadi 10 cm
3. Tambahkan air 2 malam sebelum cacing masuk, kadar air sebesar 60 %
4. Masukkan cacing
5. Letakkan pada ruang gelapdi laboratorium, agar cacing tanah aktif
6. Kelembaban diatur pada kondisi 60 % dari kapsitas lapang

Planar cage Jenis tanah Keterangan
A Andisol Dalam planar cage andisol 100%
B Entisol Dalam planar cage entisol 100%
C Andisol dan Entisol Perbandingan antara andisol dan entisol masing-masing 50%
D Andisol dan Entisol Perbandingan antara andisol dan entisol masing-masing 50%
E Andisol dan Entisol Perbandingan antara andisol dan entisol masing-masing 40% dan 60%
F Andisol dan Entisol Perbandingan antara andisol dan entisol masing-masing 40% dan 60%

Keterangan:
• Masing-masing planar cage diberi seresah pada lapisan atasnya
• Seresah merupakan campuran dari daun, ranting maupun batang tumbuhan yang telah membusuk
• Masing-masing perlakuan dilakukan 2x pengulangan
• Masing-masing planar cage diberi 5 buah cacing

BAB IV
4.1 Hasil
Jenis seresah Waktu pengamatan Ulangan Panjang liang Total Cacing awal Cacing akhir
Jumlah (ekor) Berat (gr) Jumlah (ekor) Berat (gr)
Tanah lempung berpasir H1 A1 86 290 5 - 2 1,2
Tanah pujon berliat A2 204 5 -
Tanah lempung berpasir H2 B1 203 489 5 - 4 1,6
Tanah pujon berliat B2 286 5 -
Tanah lempung berpasir H3 C1 270 588 5 - 3 5,0
Tanah pujon berliat C2 318 5 -
Tanah lempung berpasir H4 D1 371 658 5 - 4 5,0
Tanah pujon berliat D2 287 5 -
Tanah lempung berpasir H5 E1 287 653 5 - 4 1,9
Tanah pujon berliat E2 366 5 -
Tanah lempung berpasir H6 F1 358 538 5 - 1 0,8
Tanah pujon berliat F2 180 5 -

4.2 Pembahasan dan Grafik

1) Sebutkan kombinasi tanah yang manakah yang paling menguntungkan bagi cacing tanah? Mengapa, jelaskan!
Jawab:
Kombinasi tanah yang paling menguntungkan bagi cacing tanah adalah planar cage D, karena pada plannar tersebut jumlah cacingnya tetap dan biomassanya tetap. Hal ini akan menunjukan bahwa tanah yang ditempat adalah tanah yang subur dan gembur, karena cacing mendapakan sumber makanan yang cukup.
2) Apakah selama percobaan, terjadi proses pembalikan tanah oleh cacing tanah? Apakah fungsi proses pambalikan lapisan tanah bagi ekosistem tanah? Jelaskan!
Jawab:
Pada saat percobaan akan terjadi proses pembalikan tanah yang dilakukan oleh cacing tanah, karena pada masing-masing plannar, lapisan tanah yang berada dibawah akan berkurang. Dengan demikian, telah terjadi distribusi bahan organik dan partikel tanah serta seresah-seresah pada lapisan atas yang akan masuk ke lapisan paling bawah dan kemudian cacing akan memperoleh makanan selama proses tersebut. Sehingga terjadilah proses pembalikan tanah. Fungsi dari pembalikan tanah yang dilakukan oleh cacing tanah adalaha sangat bermanfaat, dimana bagi ekosistem akan terjadi pertukaran udara antara udara diatmosfer dengan udara didalam tanah dan akan menghasilkan kesuburan tanah. Cacing tanah juga dapat menigkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang dibuat oleh cacing tanah meningkatkan konsentrasi udara dalam tanah. Disamping itu pada saat musim hujan lubang tersebut akan melipatgandakan kemampuan tanah menyerap air. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar tetap gembur. Kemelimpahan cacing tanah pada suatu lahan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik, keasaman tanah, kelembaban dan suhu atau temperatur. Cacing tanah akan berkembang dengan baik bila faktor lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
BAB V
5.1 Kesimpulan
• Cacing tanah adalah organisme tanah yang lebih aktif pada malam hari, hidup pada tanah yang lembab dengan sirkulasi ucacing tanah udara yang bagus.
• Faktor yang mempengaruhi cacing tanah adalah:
a. Cahaya (Temepratur)
b. Tekstur tanah
c. Bahan organik tanah
d. Kelembaban tanah
e. Keasaman tanah (PH)
f. Aerasi tanah
• Secara ekologi, cacing tanah dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:
a. Epigeik
b. Anesik
c. Endogeik
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2010. Glosarium. http:// Tanah. Litbang. Deptan. Go.id/ dokumentasi / buku/ pupuk 14. Pdt. Diakses 6 Desembern2010.
Anonymous. 2010. Cacing. http:// iptek. Net. Id/ ind/ warintek/ ? mnu 6A + 19. Diakses tanggal 6 Desember 2010.
Handayanto, E & Khairih. 2007. Biologi Tanah; landasan pengolahan lahan sehat. Malang; Pustaka Adipura.
Hardjowigeno, sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta; PT MEDIYATAMA SARANA PERKASA.
Hardjowigeno, sarwono. 2003. Klasifikasi Tanah Dan Pedeogenesis. Jakarta; Akademika Pressindo.
Goeswono, soepardi. 1988. Sifat Dan Ciri Tanah. Bogor.
Tim Penyusun FP UB. 2010. Panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Universitas Brawijaya. Malang.